4 Website dan Startup Pertanian Indonesia Yang Sedang Naik Daun!
Butuh tiket pesawat? Tinggal buka internet. Butuh ojek? Tinggal buka aplikasi. Di jaman serba digital ini hampir semua permasalahan dipermudah oleh adanya internet. Tapi bagaimana dengan sektor pertanian?
Pertanian adalah salah satu sektor bisnis paling potensial di Indonesia, namun ironisnya, sektor ini juga yang paling tertutup jalannya (secara harfiah).
Internet memang sudah lumayan lama hadir di Indonesia, namun berkat kesenjangan sosial yang begitu besar, akses informasi ini hanya dinikmati oleh orang-orang perkotaan dan sekitarnya. Dan kalau bicara soal perkebunan, tentunya sangat sedikit kebun atau ladang yang berlokasi di dekat kota, benar?
Lalu bagaimana perkembangan teknologi informasi bisa masuk ke sektor pertanian Indonesia? Ternyata ada beberapa startup digital yang berfokus di sektor pertanian, tentunya dengan misi untuk mengembangkan, serta menghapus kesenjangan sosial di sektor pertanian Indonesia.
Beberapa startup pertanian ini sudah membuktikan punya metrik north star yang menggiurkan bagi para calon Investor. Startup dan website apa sajakah itu? Simak ulasannya berikut ini!
1. TaniHub
Ini adalah nama paling besar kalau bicara soal startup pertanian.
Bersama dengan startup digital lainnya seperti Sepulsa, Alterra, Kredivo, Asmaraku, Lemonilo, hingga Keepo, startup pertanian yang satu ini didanai oleh raksasa venture capital di Indonesia, Alpha JWC Ventures.
TaniHub memanfaatkan teknologi informasi untuk mengakselerasi perkembangan di sektor pertanian. Tiga pilar utama yang menjadi pondasi startup ini adalah pertanian, teknologi, dan dampak sosial.
Ada dua hal yang menjadi penghambat petani untuk berkembang: akses ke pasar dan modal. Sebagai startup yang membuat gebrakan di sektor pertanian, misi TaniHub adalah memberdayakan petani lokal dengan cara menyediakan kedua hal tersebut.
Hingga sekarang, sudah ada lebih dari 30 ribu petani yang bergabung dengan TaniHub. Kebanyakan petani tersebut berasal dari area Jawa dan Lampung. TaniHub juga sudah menggandeng 30 perusahaan ritel dan restoran untuk memasarkan dan menjual produknya.
Mungkin secara tidak sadar anda pernah membeli produk TaniHub di supermarket. Kalau ada produk dengan tag Sommerville, Vis, Fowler dan Goldfarm, artinya itu produk dari TaniHub.
2. iGrow
iGrow memungkinkan penggunanya untuk bertani tanpa punya lahan ataupun skill bercocok tanam. Keren bukan?
Startup rintisan Muhaimin Iqbal, Andreas Senjaya, dan Jim Oklahoma ini sudah mendapat suntikan dana dari dua venture capital besar, yaitu East Ventures dan 500 Startups. iGrow memberikan penggunanya kesempatan untuk menyuntikkan dana, memilih lahan, hingga memilih jenis tanaman sebagai investasi.
Startup ini mempertemukan pemilik dana, petani, pemilik lahan, dan pembeli hasil panen dalam satu platform. Saat ini tim iGrow sedang mengolah lahan sebesar 1000 hektar di 4 lahan besar Jawa dan Bali, dan masih ada 16 juta hektar lahan yang kurang dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia.
Lalu bagaimana cara kerjanya kalau anda mau jadi pengguna? Daftar ke iGrow, pilih lahan dan jenis tanaman, kemudian investasikan sejumlah uang. Hasil panen dan penjualan kemudian akan dibagi dengan rincian 40% ke anda, 40% ke pengelola lahan, dan 20% ke iGrow.
3. Kutanam
Kepopuleran Kutanam mungkin berada dibawah TaniHub atau iGrow, namun situs ini menyediakan informasi dan panduan budidaya berbagai jenis tanaman, yang bisa membantu banyak petani dan pemilik kebun untuk memaksimalkan hasil panennya.
Kutanam didirikan di awal tahun 2019, dan hingga artikel ini dirilis, ia telah mengantongi ratusan ribu pembaca dari media digital.
Apa yang sebenarnya membedakan situs ini dengan situs perkebunan lainnya? Otoritas, expertise, dan kualitas konten. Kutanam mengaku memiliki tim konten yang terjun langsung atau setidaknya bersinggungan dengan keadaan di lapangan.
Dengan semakin terjangkaunya akses internet ke pelosok, Kutanam berpotensi besar untuk mengedukasi banyak petani di seluruh pelosok area Indonesia.
Ilmu yang bisa segera diterapkan, faktual, dan yang paling penting adalah membantu sektor perkebunan dan pertanian Indonesia untuk bergerak jadi yang terdepan di skala global.
4. Sayurbox
Sayurbox berawal dari kisah Amanda, wanita muda lulusan Manchester, Inggris, yang memutuskan untuk menggeluti sektor pertanian di Indonesia.
Tak jauh beda dengan TaniHub, ide dan model bisnis Sayurbox didasari oleh besarnya nilai jual suatu tanaman, namun tidak ada akses yang memadai ke penjualan, baik itu dari segi logistik, pemasaran, hingga branding. Disinilah celah bisnis terbuka lebar untuk Amanda dan Sayurbox.
Kalau bicara bisnis, Sayurbox berfokus pada pemotongan rantai distribusi. Yang tadinya harus lewat tengkulak, sekarang bisa langsung beli ke petani.
Sebagai konsumen Sayurbox, pesanan anda ke Sayurbox akan sampai ke gerbang rumah paling cepat 2 hari setelah pemesanan. Meskipun agak lama, namun mereka berani menjanjikan harga murah dengan kondisi segar.
Hingga artikel ini dirilis, sudah ada ratusan petani dari berbagai area Indonesia yang digandeng oleh Sayurbox. Para petani itu memiliki akses ke platform digital Sayurbox (App dan Website), sehingga mereka bisa langsung memberikan info terbaru tentang kondisi perkebunan dan hasil panen.
Itulah tadi 4 startup dan website pertanian/perkebunan di Indonesia yang sedang naik daun. Startup digital tidak melulu harus menyasar orang kota. Dan menurut kami, justru potensi terbesar Indonesia ada di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
Empat startup diatas sudah menang start untuk men-digitalisasi sektor pertanian di Indonesia, kita doakan semua berjalan lancar!
Artikel lain: