Apa itu Metaverse?

Bukan rahasia lagi kalau Metaverse cuma siasat Facebook (Meta) untuk menjual harapan ke para investor, supaya harga sahamnya tidak anjlok. Tapi kalau menurut Mark Zuckerberg, metaverse itu masa depan internet. Atau cuma game online? Atau versi lain dari Google Meet / Zoom?

Pada dasarnya, diskusi seputar “apa itu metaverse” sama saja dengan berdebat tentang apa itu sosmed di era 90an. Tidak ada yang tahu kalau sosmed akan jadi media utama komunikasi, media utama untuk hiburan, media pamer kekayaan, hingga media utama di hidup kita yang justru lebih nyata ketimbang ‘dunia nyata’.

Sama dengan metaverse. Sistem ini sedang dalam pengembangan, tapi pada dasarnya Metaverse adalah sosial media dimana kita sepenuhnya masuk ke dunia tersebut, tanpa merasa sekedar jadi penonton di depan layar handphone.

Jadi sebenarnya, Metaverse itu apa?

Jawaban singkatnya, Metaverse adalah game Virtual Reality, tapi multiplayer.

Jawaban panjangnya, Facebook (meta) mencoba membuat dunia virtual yang bisa diakses siapapun, dimanapun, dan kapanpun menggunakan berbagai macam perangkat seperti smartphone, laptop, pc, jam tangan, kacamata, dan tentu yang paling utama perangkat VR.

Tidak jauh beda dari game, dunia Metaverse ini akan mensimulasikan ruang 3 dimensi, seperti rumah, kota, furnitur, pakaian, game, ruang kerja, ruang konser dan lain lain sehingga ia bisa berperan layaknya dunia nyata, tapi di internet.

Bicara “dunia nyata, tapi di internet”, berarti akan ada juga ekonomi yang terintegrasi didalamnya. Kamu bisa jual beli properti dan barang-barang virtual (mirip item di game online) seperti avatar, NFT, bangunan, konten kreatif dan lain lain.

Mungkin terdengar aneh, ya tapi sama saja ketika kamu beli game, langganan streaming, atau beli skin di game online, semuanya tidak bisa ‘dipakai’ di dunia nyata, tapi tetap saja dibeli. Ide inilah yang mendasari adanya aktifitas jual beli di Metaverse, dan ketika Metaverse sudah kita anggap sebagai dunia nyata, produk-produk virtual itu akan jadi bernilai juga.

Kalau kamu gamer, pasti sangat paham dengan penjabaran diatas. Bahkan mungkin kamu merasa sudah mengalami duluan ketika belanja sana-sini di GTA Online, World of Warcraft, Mobile Legends, atau PUBG. Lalu apa bedanya Metaverse dengan game online?

Menyamakan Metaverse dengan game online itu sama saja menyamakan Internet dengan Google. Meski kita menghabiskan hampir seluruh waktu internetan lewat Google, si Google ini tetap cuma bagian dari Internet (Google itu hanya satu website). Begitu pula dengan game online yang cuma merupakan salah satu bagian dari Metaverse, dimana banyak sekali aktifitas yang bisa kamu lakukan didalamnya, misal meeting, ngobrol, nongkrong, telponan, nonton film, dan tentu saja mabar.

Di iklannya, Mark Zuckerberg masuk ke dunia Metaverse dimana koleganya sudah menunggu di satu ruangan virtual. Masing-masing tampil dengan avatar 3D, dan kerennya adalah semua gerakan mata, mulut, gerakan tangan hingga gestur tubuh lainnya merefleksikan orang aslinya di dunia nyata. Hal ini tentu melibatkan teknologi yang canggih untuk bisa mendeteksi setiap gerakan tubuh kita, agar di dunia Metaverse semua orang seperti terasa betul kehadirannya.

Ketika internet pertama kali ditemukan, pondasinya adalah komputer yang bisa saling berkomunikasi satu sama lain, dan halaman yang terhubung satu sama lain melalui hyperlink. Semua inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya sosial media, aplikasi, dan game online. Satu-satunya input kamu ke dunia internet ini adalah melalui ketikan di keyboard dan mouse.

Beberapa tahun kemudian, input ke komputer bisa semakin canggih, mulai dari mic untuk transfer suara, hingga webcam untuk video. Nah di Metaverse, tampaknya teknologi yang dilibatkan juga akan jauh lebih canggih yaitu deteksi gestur tubuh sehingga komunikasi yang terjadi bukan hanya sebatas teks, suara, dan gambar, namun juga gerakan badan hingga kehadiran setiap orang akan lebih berasa.

“Metaverse” bisa juga kamu sebut “Cyberspace”.

Dengan semakin meleburnya meeting online (bahkan konser online) di kehidupan sehari-hari, bukan tidak mungkin kalau Metaverse bisa jadi sinonim “Internet” di beberapa tahun kedepan. Sama seperti Google yang dianggap sinonim Internet, atau Aqua dengan air putih.

Perlu diingat bahwa meski Metaverse punya potensi untuk mendisrupsi cara kita semua berinteraksi satu sama lain di dunia Internet, tidak menutup kemungkinan pula bahwa Metaverse hanya akan jadi game online, atau alternatif Google Meet / Zoom. Kita lihat beberapa tahun lagi.

Dimas Bimawan

Teknisi laptop dan komputer sejak 2008. Perkenalannya dengan komputer dimulai dari ketertarikannya mempelajari cara kerja setiap komponen di dalam desktop PC, dan sejak saat itu overclocking hingga reparasi komputer & laptop menjadi kegiatan sehari-harinya. Beberapa jenis laptop yang pernah menjadi gear hariannya antara lain Toshiba Satellite, Razer Blade, Macbook Air, Macbook Pro, Acer Aspire, Dell Inspiron, HP Spectre, hingga IBM Thinkpad. Di luar dunia pertukangan komputer, Dimas adalah sarjana fisika dari Institut Teknologi Bandung yang pernah bekerja dengan Alterra Indonesia, Mobile Premier League, Lifepal, Perusahaan Gas Negara, dan KliknClean.

Subscribe
Notify of
guest
2 Komentar
Terpopuler
Terbaru Terlama
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar