Mengenal Google Stadia, ‘Netflix’ nya Gaming

Dengan Google Stadia, anda bisa main game pc dari smartphone apapun.

Presentasi dari pihak Google di Game Developers Conference 2019 untuk Cloud Gaming sudah menandai ambisi Google untuk mendominasi industri game.

Kalau Google Stadia berjalan lancar, sudah tentu ini berarti kematian bagi seluruh bisnis konsol game mulai dari Xbox, PlayStation, Nintendo, sampai PC, yang sudah membentuk industri gaming selama 40 tahun terakhir.

Stadia menjanjikan perubahan masal di dunia gaming, mulai dari cara bermain, jual-beli, sampai proses development-nya. Ia akan menyelesaikan permasalahan teknologi yang kerap kali terjadi, seperti hardware yang tidak memadai alias spek rendah, permasalahan split-screen gaming, serta memperluas jangkauan live streaming di Youtube.

Ada banyak pertanyaan yang belum terjawab: Apa model bisnisnya? Game apa saja yang akan hadir? Apakah infrastrukturnya mampu menyajikan kualitas game setinggi 4K di 60 fps?

Yang pasti, raksasa internet ini sudah memberi statement mengenai ambisinya menguasai dunia gaming.

Selamat datang di Ruanglaptop, dan inilah penjelasan tentang Google Stadia.


Apa itu Google Stadia?

google stadia tablet - assassin's creed odyssey

Google Stadia adalah platform dimana anda tidak perlu PC gaming untuk memainkan sebuah game-game PC terbaik.

Terdengar aneh?

Anda bisa menggunakan laptop jadul, pc lemot, tablet, sampai smartphone untuk memainkan game-game berat yang seharusnya hanya bisa dimainkan di sebuah PC atau konsol gaming.

Ibaratkan ini seperti membuka video Youtube, namun alih-alih nonton video, anda justru memainkan game dengan grafik papan atas sekelas Assassin’s Creed atau Call of Duty didalamnya. Yang dibutuhkan cuma sebuah perangkat dan jaringan internet (yang super ngebut).

Anda bisa berganti perangkat dari smartphone, ke laptop, ke TV, dan progres game anda akan tetap tersimpan. Tapi kenapa bisa begitu?

Ketika memainkan sebuah game, yang terjadi adalah CPU anda memproses game itu, menampilkan gambar ke layar laptop, lalu ketika anda menekan tombol di keyboard atau mouse, perintah itu dikirim ke CPU untuk diproses lagi, sebelum ditampilkan lagi ke layar.

Inilah kenapa kalau anda menekan tombol, karakter di game akan bergerak. CPU laptop anda memproses input dari keyboard tersebut kemudian ditampilkan kembali ke layar.

Di Google Stadia, semua proses itu terjadi di server milik Google, jadi kasarnya anda cuma streaming video, sembari mengirimkan perintah yang akan diproses oleh server atau host itu, untuk dikirimkan lagi gambarnya ke layar anda.

Inilah kenapa anda bisa nge-game di perangkat apapun, bahkan smartphone atau laptop jadul, karena yang anda lakukan hanya mengirim sinyal dan menerima video.

Supaya semua berjalan lancar, satu hal yang sangat krusial adalah konektivitas internet. Ini sangat penting karena ketika anda menekan tombol atau menggerakkan mouse, sinyal itu harus segera diterima oleh server google, kemudian anda harus menerima lagi video yang dikirim. Semua harus terjadi dalam hitungan seperseribu detik.


Kecepatan, Data Cap, dan Resolusi

Tahun 2018, ketika Google mengetes layanan ini, mereka menggunakan game Assassin’s Creed Odyssey, dengan kecepatan internet 25 megabit per second, dengan resolusi 1080p / 60 fps. “Kami hanya menggunakan 20 megabit per detik”, tutur Phil Harrison, VP Google, pada sebuah interview.

Dengan optimasi yang lebih, Google Stadia berencana merilis layanan ini untuk publik dengan target 4K / 60 fps di jaringan 30 megabit per detik.

Harrison juga menuturkan bahwa Google sedang mengembangkan “teknologi yang sangat cerdas” untuk memastikan progres game tetap tersimpan di situasi internet yang tiba-tiba mati sekalipun (cek provider internet Indonesia).


Kapan Google Stadia Rilis?

Google Stadia akan rilis pertengahan-akhir 2019 di Amerika Serikat, Kanada, UK, dan sebagian besar negara Eropa. Nampaknya kita masih harus bersabar, dan bertahan dengan laptop gaming murah untuk memainkan game pc ringan juga.


Berapa Harga Google Stadia?

Pihak Google enggan mendiskusikan soal harga. Google bisa saja memberi harga per jumlah pemakaian, atau ia akan mengikuti sistem langganan Netflix yang membebani biaya bulanan ke penggunanya.

Meskipun begitu, opsi biaya bulanan akan jadi sangat mahal, dan kemungkinan besar tidak didukung oleh perusahaan pengembang game.

Terlepas dari bagaimana cara kita membayarnya, untuk tahun 2019 Google akan mengeluarkan biaya 13 milyar USD, atau setara 186 triliun rupiah untuk pengembangan Google Stadia.


Kompetitor: Microsoft, Sony, Apple, dan Amazon

Harrison menyatakan bahwa Google Stadia bukanlah konsol. “Gaming generasi terbaru ini bukanlah sebuah kotak”, tuturnya.

Sejak pengumuman Google Stadia, Phil Spencer dari Microsoft mengirim memo ke staff Xbox, dengan klaim bahwa rencana Google ini memvalidasi pendekatannya untuk streaming: Cloud Gaming.

Amazon juga sedang mengembangkan layanan streaming game yang akan diluncurkan tahun 2020. Disaat bersamaan, Apple juga sedang mengembangkan hal yang serupa.


Hardware (Stadia Controller)

Stadia Controller

Google Stadia tidak menyediakan konsol, tapi ada kontroler. Kontroler ini mirip dengan stik PS, tapi ia terhubung langsung ke server Stadia untuk mengontrol game yang sedang anda mainkan.

Meskipun mereka menyediakan kontroler, anda juga bisa menggunakan kontroler lain (stik, keyboard, mouse, handphone, dll) untuk bermain game di Stadia.


Fitur Multiplayer

Berbeda dengan konsol gaming biasa, Stadia akan memungkinkan game online semacam battle royale dimainkan oleh ribuan orang sekaligus, ketimbang hanya 100 seperti di PUBG atau Fortnite.

Google juga mendemonstrasikan split-screen gaming tanpa lag dan permasalahan teknis apapun. Multiplayer berbasis cloud ini menjanjikan event yang real-time dan konsisten, misalnya ledakan. Kalau anda meledakkan sebuah gedung, maka semua orang lain juga akan melihatnya, tidak ada perbedaan antar pemain.


Game Apa yang Ditawarkan?

doom eternal

Google belum bisa memberi kepastian mengenai game yang akan hadir di platform ini. Namun mereka telah memberi development tools untuk ratusan perusahaan pengembang game.

Marty Stratton dari id Software menuturkan bahwa Doom Eternal akan hadir di Stadia.


Streamer dan Youtuber

Dengan Google Stadia, anda bisa bermain dengan streamer game pilihan anda dengan cara ngantri di lobby, sampai giliran tiba. Ketika selesai, viewer lain akan dapat kesempatannya. Si streamer punya kendali penuh atas siapa yang mau diajak main dan siapa yang tidak.


Google Assistant

Dengan satu pencetan tombol, anda bisa mengeluhkan kendala yang dihadapi ke Google Assistant. Mereka kemudian akan mendeteksi dimana anda stuck, dan memberikan video youtube yang paling relevan untuk mengatasi masalah tersebut.

Dimas Bimawan

Teknisi laptop dan komputer sejak 2008. Perkenalannya dengan komputer dimulai dari ketertarikannya mempelajari cara kerja setiap komponen di dalam desktop PC, dan sejak saat itu overclocking hingga reparasi komputer & laptop menjadi kegiatan sehari-harinya. Beberapa jenis laptop yang pernah menjadi gear hariannya antara lain Toshiba Satellite, Razer Blade, Macbook Air, Macbook Pro, Acer Aspire, Dell Inspiron, HP Spectre, hingga IBM Thinkpad. Di luar dunia pertukangan komputer, Dimas adalah sarjana fisika dari Institut Teknologi Bandung yang pernah bekerja dengan Alterra Indonesia, Mobile Premier League, Lifepal, Perusahaan Gas Negara, dan KliknClean.

Subscribe
Notify of
guest
3 Komentar
Terpopuler
Terbaru Terlama
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar