Review Monitor Acer EK220Q_A

Dengan lebih populernya laptop, Desktop PC jadi akan ditinggalkan bagi pengguna casual. Kecuali untuk gamer atau desainer yang butuh tenaga komputasi tinggi, biasanya sebagian besar orang akan memilih laptop kalau terbatas pada budget.

Beralihnya orang ke layar mini (laptop, smartphone) membuat monitor besar jadi terbatas penggunaannya, atau bisa kami bilang ter-restriksi di beberapa kalangan tertentu, misalnya gamer konsol, pengguna Desktop PC, gamer, desainer, videografer hingga penikmat film.

Salah satu brand yang sudah populer dengan beragam produk elektroniknya adalah Acer. Kami yakin kebanyakan orang mengenal Acer sebagai brand laptop, memang benar tapi ternyata produk monitor yang dirilis Acer pun tak kalah berkualitas dari laptopnya.

Kali ini kami punya monitor EK220Q_A dari Acer yang tentu susah disebut namanya. Monitor ini berukuran 21.5 inci dengan panel Full HD, color gamut 72% NTSC, sudut pandang 178 derajat, kecerahan 250 nits dan rasio kontras 3000:1.


Fitur Unggulan

Seperti banyak monitor lainnya, EK2200Q_A memiliki beberapa fitur unggulan yang jadi nilai tambah bagi kamu yang memutuskan untuk beli.

  • Refresh rate 75Hz.
  • BlueLightShield untuk mengurangi paparan sinar biru ke mata.
  • VA Display dan sudut pandang hingga 178 derajat.
  • Flickerless Technology.
  • Bentuk ergonomis.

Monitor ini dilengkapi garansi 3 tahun sparepart dan 3 tahun service, pastikan saja kamu beli dari store resmi yang menawarkan garansi di Acer Customer Service Center.


Spesifikasi

input hdmi vga EK220Q_A

Berikut adalah spesifikasi lengkap layar Acer EK220Q_A:

ModelEK220Q_A
Ukuran Layar21.5 inch
Aspect Ratio16:09
Resolusi1920 x 1080
Refresh Rate75 Hz
PanelVA
GlareTidak
Respon (G/G)5ms (GTG)
Contrast ratio (native)3,000:1
Kecerahan250 nits (cd/m2)
Sudut pandang (CR = 10)178¡(H),178¡(V)
Warna16.7 juta
Bits8bit
Saturasi Warna72% NTSC
Input VGAya
Input HDMIya
VESA wall mounting75x75 mm
Tilt-5¡to 20¡
Garansi3 tahun servis, 3 tahun sparepart, 1 tahun panel
HargaRp1,295,000

Resolusi

Monitor ini memiliki resolusi yang standar untuk ukurannya, yaitu Full HD alias 1920×1080. Meskipun bukan papan atas seperti 4K tapi kami rasa mayoritas orang tidak akan begitu masalah dengan Full HD.

Kalau bicara konten, kebanyakan konten yang ada di internet sekarang pun belum 4K. Memainkan game di resolusi 4K pun belum jadi hal yang lumrah dan membutuhkan komputer ber-spesifikasi sangat tinggi.

Menurunkan kualitas grafik ke Full HD di layar 4K pun tidak dianjurkan, karena game sangat disarankan dimainkan di resolusi native, oleh karenanya memainkan game dengan setting 1080p di layar 4K akan tampak lebih jelek ketimbang langsung main di layar 1080p.

Keuntungan lain dari Full HD? Biaya streaming yang murah. Kualitas gambar sangat mempengaruhi kuota internet yang digunakan, dan nonton nonstop di resolusi full HD saja bisa bikin kuota seret, apalagi resolusi lebih tinggi.

Tentu secara kualitas, resolusinya bisa lebih tinggi, tapi kamu rasa untuk masyarakat Indonesia dengan segala konten yang beredar, Full HD adalah resolusi yang tepat (dan harganya pas).


Refresh Rate

Monitor EK220Q_A

Lagi-lagi bukan yang luar biasa, refresh rate monitor ini 75Hz yang menurut bukan refresh rate umum seperti 60Hz atau 120Hz. Kembali bicara konten digital, film bioskop dimainkan di 30Hz, serial TV biasanya di 60Hz, dan game biasanya 60Hz kecuali kamu punya PC dewa yang bisa dengan mulus main di 120Hz.

Jadi apakah 75Hz masih kurang? Kalau tujuan kamu main game dengan spek PC super canggih dan bisa settingan grafik rata kanan, iya monitor ini kurang karena belum 120Hz. Tapi kalau kamu seperti 99% masyarakat lainnya yang tidak punya pc puluhan juta khusus gaming, 75Hz sudah sangat cukup.

Bahkan tidak sedikit orang yang menurunkan refresh rate film dari 60Hz ke 30Hz. Kenapa? Kita terbiasa dengan film 30Hz dan serial tv 60Hz, jadi ketika kamu nonton film di 60Hz pastinya akan merasa agak aneh, bahkan kurang “real”.


BlueLightShield

Sama dengan blue light filter yang biasa kamu temukan di ponsel, BlueLightShield adalah filter sinar biru untuk mencegah terlalu banyaknya sinar biru terpapar ke mata kamu.

Kenapa sinar biru jelek? Sinar biru membuat oto mata tegang, dan bsia berdampak buruk kalau terlalu lama ditatap. Efek buruknya antara lain susah tidur, pusing, dan sakit kepala terutama kamu yang suka melihat layar sebelum tidur.

Di sisi lain, sinar kuning adalah warna yang tidak terlalu membuat tegang, oleh karenanya filter sinar biru akan membuang sebanyak-banyaknya sinar biru sehingga yang kamu lihat akhirnya ‘kekuningan’.

Orang yang belum pernah menggunakan filter sinar biru biasanya akan merasa aneh diawal, karena layarnya jadi seperti kuning semua. Tapi seiring waktu, mata akan terbiasa dan menjadi lebih rileks saat mengoperasikan perangkat.


Flickerless Technology

EK220Q_A tipis

Ini adalah teknologi Acer yang menghilangkan kedipan-kedipan mikro pada layar. Kedipan-kedipan mikro ini mungkin tidak disadari, tapi bisa membuat mata tegang hingga rusak.

Teknologi ini tidak terlalu signifikan bagi pengguna kasual yang hanya sesekali nonton film atau liat berita, tapi sangat berpengaruh bagi pengguna kelas berat seperti gamer dan desainer.


Harga dan Ketersediaan

Monitor ini dibandrol dengan harga Rp1.295.000 dan bisa didapatkan secara resmi di Acer store. Tentunya kamu bisa membeli monitor ini dari berbagai penjual dan toko, tapi kami tetap sarankan beli dari toko resmi agar produk dan garansinya terjamin.

Dengan harga yang tidak segitunya mahal, kami rasa monitor ini sangat layak, setidaknya bisa kamu pertimbangkan dulu. Tinggalkan komentar!

Baca juga: 8 Rekomendasi TV Series Netflix Terbaik

Dimas Bimawan

Teknisi laptop dan komputer sejak 2008. Perkenalannya dengan komputer dimulai dari ketertarikannya mempelajari cara kerja setiap komponen di dalam desktop PC, dan sejak saat itu overclocking hingga reparasi komputer & laptop menjadi kegiatan sehari-harinya. Beberapa jenis laptop yang pernah menjadi gear hariannya antara lain Toshiba Satellite, Razer Blade, Macbook Air, Macbook Pro, Acer Aspire, Dell Inspiron, HP Spectre, hingga IBM Thinkpad. Di luar dunia pertukangan komputer, Dimas adalah sarjana fisika dari Institut Teknologi Bandung yang pernah bekerja dengan Alterra Indonesia, Mobile Premier League, Lifepal, Perusahaan Gas Negara, dan KliknClean.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar