Sisi Gelap Facial Recognition yang Bisa Merusak Hidup

Pernahkah kamu mendengar kata Facial Recognition? Dua kata yang familiar bukan di telinga? Ya, Facial Recognition saat ini sering kita jumpai diberbagai macam benda dan tempat seperti, di alat absen yang ada disebuah kantor, di bandara, di laptop dan di ponsel keluaran terbaru, media sosial, juga mungkin diberbagai benda lainnya.

Pendeteksi wajah ini tentu memberikan kemudahan bagi penggunanya, hanya dengan menunjukkan wajahnya pada sebuah alat Facial Recognition wajah anda bisa diverifikasi. Lalu apa arti Facial Recognition itu sendiri? Apakah membantu atau malah berbahaya?

Facial Recognition merupakan sebuah inovasi di dalam dunia teknologi, semua orang pada era sekarang sudah pasti mengenal ini. Setelah adanya finger print pada ponsel canggih, kali ini Facial Recognition pun muncul dengan penggunaanya yang sangat mudah. Hanya dengan mengarahkan wajah pada kamera, selamat! Identitas anda terverifikasi, mudah bukan?

Pada dasarnya cara kerja Facial Recognition ini persis dengan pelacak identitas yang lain seperti, penyocokkan sidik jari, penyocokkan suara dan juga penyocokkan retina mata.

Facial Recognition merupakan sistem teknologi yang dapat menyocokkan wajah manusia dari foto atau video digital yang telah ditangkap dengan database yang sudah direkam sebelumnya.

Mengutip dari artikel A Review Of Face Recognition Methods, bahwa Facial Recognition memiliki pola kerja seperti berikut:

  • Merekam Gambar
  • Mendeteksi Wajah
  • Mengenali ciri pada wajah (Feature Extraction)
  • Pengenalan Wajah
  • Wajah/identitas terverifikasi

Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah dengan kemudahan yang diberikan oleh Facial Recognition menimbulkan bahaya pada diri kita sendiri? Ayo kita cari tau lebih lanjut!

Banyak dari perkantoran bahkan instansi yang memakai Facial Recognition untuk pekerjaan mereka, penggunaan pendeteksi wajah ini bertujuan untuk memudahkan tugas-tugas yang mereka kerjakan. Tapi, pada kenyataannya Facial Recognition seringkali malah menjadi boomerang bagi masyarakat. Mengapa bisa demikian?

Dengan semakin kompleksnya sektor informatika, penggunaan Facial Recognition malah dianggap lebih banyak mendatangkan kerugian juga malapetaka dibanding manfaat yang disebut-sebut dapat “mempermudah tugas” oleh beberapa pihak.

Tidak jarang, para pengguna mengalami beberapa ancaman yang cukup penting untuk dikhawatirkan seperti, ancaman represi, terancamnya hak-hak sipil dan juga ancaman privasi yang terganggu.

Dari berbagai macam ancaman yang dikhawatirkan, banyak juga peristiwa-peristiwa yang merupakan dampak dari penggunaan Facial Recognition. Sebagian besar permasalahan yang ditimbulkan adalah privasi identitas yang terancam dan juga kesalahpahaman karena hasil dari Facial Recognition.

Lihat juga: Sosmed dan cyber bullying: paduan yang berbahaya


Face Unlock yang dapat dibobol

face unlock

Banyak dari ponsel canggih yang telah menyertakan Facial Recognition dalam rentetan fitur canggih di dalamnya. Setelah penggunaan sidik jari, penggunaan Facial Recognition digadang-gadang dapat menaikkan nilai jual pada ponsel yang akan mereka luncurkan.

Seiring waktu, penggunaan Facial Recognition pada ponsel malah menjadi boomerang para penggunanya. Facial Recognition tak selamanya dapat menjamin keamanan identitas pengguna dari orang yang tak bertanggung jawab.

Faktanya, hingga saat ini ada sekitar 42 dari 110 ponsel yang menggunakan Facial Recognition yang ternyata masih dapat dikelabui sistem kerjanya menggunakan sebuah foto. Mengutip dari sebuah penelitian yang dilakukan di Belanda oleh Dutch Consumentenbond Organization.

Di dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa, sebagian ponsel yang dapat dikelabui adalah ponsel yang memiliki rentang harga yang rendah atau berada di kelas bawah. Tapi, ini tidak menutup kemungkinan juga bahwa ponsel kelas atas tidak bisa dikelabui sistem Facial Recognitionnya.

Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk membeli ponsel terbaru, tidak ada salahnya untuk sedikit berhati-hati dalam memilih jika memang ingin memiliki fitur Facial Recognition di dalamnya. Pastikan bahwa ponsel tersebut memang memiliki hardware berupa pemindai khusus untuk pengenalan wajah.

Lihat juga: Jenis-Jenis Colokan Listrik di Berbagai Negara


Facial Recognition pemicu tindakan salah tangkap

Facial Recognition pemicu tindakan salah tangkap

Hasil dari penggunaan Facial Recognition memang sangat membantu, tapi tidak jarang juga hasil mendeteksi wajah tidak seakurat yang kita bayangkan. Ketidak akuratan yang terjadi saat pemindaian wajah ini tak ayal seringkali berimbas pada aksi salah tangkap oleh petugas.

Banyak contoh yang dapat dilihat dari peristiwa ini. Namun, ada satu peristiwa yang lumayan ramai tahun 2017 pada saat Final Liga Champion di Cardiff. Pada saat itu, polisi menggunakan Facial Recognition sebagai alat bantu untuk bertugas, untuk mencari kurang lebih 90% orang-orang yang telah dianggap mencurigakan sebelumnya.

Hal yang sama juga terjadi di Denver, Amerika Serikat. Polisi melakukan aksi salah tangkap pada warga sipil yang diduga membobol sebuah bank karena menggunakan Facial Recognition untuk alat bantu penyelidikan kasusnya.

Dikarenakan seringnya kejadian yang sama terjadi, beberapa bantuan dari sekelompok LSM hak sipil mengajukan permintaan kepada perusahan teknologi terbesar seperti Microsoft, Google juga Amazon untuk menutup fitur Facial Recognition dalam produk mereka untuk kedepannya demi kenyamanan bersama dan meminta untuk tidak menjual produk serupa untuk instansi pemerintahan.

Baca: Cara mengenal dan mengatasi penipuan dating online


Faceapp awal dari penyebaran identitas ilegal

Faceapp awal dari penyebaran identitas ilegal

Karpersky Lab mengatakan bahwa di tahun ini penggunaan media sosial berbasis Facial Recognition sangat digandrungi oleh masyarakat.

Tren yang awalnya untuk menemani masyarakat di waktu senggang malah dapat menjadi sebuah ancaman yang patut dikhawatirkan oleh penggunanya. Teknologi Facial Recognition yang ada pada Faceapp memiliki resiko tinggi terhadap penyebaran identitas atau informasi pengguna.

Penyebaran identitas terutama wajah yang dilakukan karena adanya Facial Recognition dapat terjadi secara luas. Penggunaan Facial Recognition sebagai autentikasi kata sandi juga menjadi sedikit berbahaya, sehingga para pengguna harus sedikit berhati-hati untuk berbagi gambar dengan pihak ketiga, karena tak jarang penyebaran gambar akan disalahgunakan oleh pihak ketiga.

Karpersky Lab telah menyatakan bahwa ada beberapa perusahaan aplikasi yang memiliki teknologi Facial Recognition di dalamnya berpotensi untuk menjual beberapa gambar dari aplikasinya kepada pihak yang dapat membuat modifikasi pengenalan wajah.

Dalam hal ini pihak dari Karpersky Lab menyarankan untuk para pengguna aplikasi semacam faceapp untuk setidaknya mencaritahu terlebih dahulu apakah aplikasi yang akan di download pada ponselnya adalah aplikasi yang aman, dan diharapkan juga para pengguna aplikasi semacam itu untuk membaca syarat dan ketentuan yang telah mereka buat untuk aplikasinya.

Hingga saat ini banyak sekali beberapa negara yang mulai menolak penggunaan Facial Recognition dalam kegiatan kesehariannya, seperti di San Fransisco yang mengadakan voting untuk larangan penggunaan Facial Recognition di negaranya.

Aksi voting di tingkat parlemen ini akhirnya sukses dilakukan dan menyatakan bahwa teknologi pengenalan wajah tidak sesuai dengan asas demokrasi yang sehat.

Tidak dipungkiri bahwa persepsi setiap orang terhadap penggunaan Facial Recognition ini sangatlah beragam. Beberapa berpikir bahwa menggunakan teknologi ini merupakan jalan keluar yang telah ditunggu-tunggu untuk mempermudah pengawasan identitas setiap harinya, namun, beberapa lagi berpikir bahwa dengan adanya teknologi Facial Recognition mengancam privasi mereka dan membatasi kebebasan pribadi.

Facial Recognition sudah terlanjur dimanfaatkan di dunia, dan sulit untuk dihilangkan karena bermanfaat dalam beberapa aspek. Dengan itu juga, kejahatan dunia cyber (cyber attack) atau peristiwa yang lebih kompleks lagi sudah tidak bisa kita halangi, antisipasi yang dapat kita lakukan adalah dengan terus waspada terhadap setiap aplikasi dan alat autentikasi yang kita gunakan setiap harinya.

Anna Rachim

Penulis ruanglaptop.com bergelar sarjana pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia. Memiliki pengalaman mendalam di bidang internet dan teknologi.

Subscribe
Notify of
guest
3 Komentar
Terpopuler
Terbaru Terlama
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar