Apa yang Dimaksud dengan Industri 4.0?
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini teknologi berperan besar dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dapat dikatakan kita sangat bergantung pada berbagai bentuk teknologi untuk menyelesaikan segala macam urusan, mulai dari pekerjaan kantor, tugas sekolah atau kuliah, perbankan, transportasi, sampai aktivitas hiburan misalnya mendengarkan musik atau bermain game.
Kita sering tidak menyadari jika beberapa jenis teknologi (misalnya komputer dan smartphone) dilengkapi dengan kemampuan berpikir; semakin canggih komponen yang digunakan, semakin cerdas pula fungsinya.
Didukung dengan Internet, alat-alat tersebut bisa juga saling berkomunikasi atau berinteraksi tanpa memerlukan input manual pengguna secara terus menerus. Fungsi inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan Industri 4.0 dan semua bentuk penerapannya.
Pengertian
Industri 4.0 adalah penggabungan antara paradigma industrial dengan teknologi moderen berbasis Internet. Dalam hal ini “industrial” mencakup semua aktivitas pembuatan barang termasuk pengolahan bahan mentah dan produksi massal. Fokus utama Industri 4.0 adalah penggunaan sistem M2M (machine-to-machine = mesin ke mesin) dan IoT (Internet of Things).
Tujuan utama Industri 4.0 adalah peningkatan produktivitas melalui otomatisasi, sistem komunikasi dan pengawasan yang efektif, serta pengembangan mesin-mesin cerdas dengan kemampuan analisa dan deteksi potensi masalah – semua bisa dilakukan tanpa intervensi manusia.
Industri 4.0 sebenarnya sudah banyak digunakan terutama di pabrik-pabrik besar yang menempatkan tenaga robot dan mesin pengawasan otomatis. Semua teknologi ini dilengkapi fungsi pemantauan dan bisa saling berkomunikasi untuk menekan resiko kesalahan.
Pabrik semacam ini bisa beroperasi walaupun hanya mempekerjakan sedikit sekali tenaga manusia, terutama di proses produksi. Sejumlah kecil karyawan bisa ditempatkan di posisi lain untuk menunjang kelancaran administratif pabrik.
Bagaimana dengan Industri 2.0 dan 3.0?
Perlu dipahami bahwa Industri 4.0 bukan merupakan sebuah teknologi baru, tapi bentuk “pembaruan” dari teknologi yang sudah ada.
Ada juga sebagian ahli yang menyebut istilah Industri 4.0 sebagai Revolusi Industri ke-4 karena memiliki kesamaan karakteristik dengan terobosan revolusi industri sebelumnya dimana tenaga manusia diganti dengan mesin. Sejarah singkat Revolusi Industri:
- Revolusi Industri dimulai di Inggris pada abad ke-19 ditandai dengan peralihan lahan kerja secara besar-besaran dari bertani menjadi tenaga produksi di pabrik. Pemacu utama peralihan ini adalah penemuan mesin tenaga uap dan air.
- Revolusi Industri II berjalan mulai tahun 1850an sampai Perang Dunia I, dan ditandai dengan pengolahan baja. Pada saat itu, banyak pabrik yang baru saja mulai menggunakan tenaga listrik. Produksi massal juga masih dalam tahap awal.
- Revolusi Industri III mengubah sistem kerja analog (manual), mekanis, dan elektrik menjadi digital. Perubahan ini terjadi serentak di dunia industri antara tahun 1950an sampai 1970an.
Revolusi Industri IV adalah pendekatan baru atau modernisasi sistem digital. Jika pada tahap sebelumnya bentuk peralihan didominasi oleh penggunaan sistem digital pada instrumen, indikator mesin, dan pengembangan komputer yang semuanya masih memerlukan input manual dari pengguna, tahap ke-empat menerapkan IoT dimana hampir semua komponen digital bisa bekerja secara mandiri dan saling berinteraksi.
Contoh: penggunaan sensor untuk mengumpulkan data performa mesin pada mobil dalam tahap produksi. Sensor ini terhubung melaui jaringan Internet nirkabel dengan sistem komputer pabrik. Software di komputer kemudian secara otomatis menampilkan data dan memberi saran perubahan untuk meningkatkan kinerja mesin.
Saran ini bisa ditinjau lebih lanjut oleh tim teknisi dan desainer; jika memang perubahan perlu dilakukan, mereka akan mengatur ulang robot-robot yang ditempatkan di jalur produksi dan perakitan supaya perbaikan bisa dilakukan dengan cepat dan akurat.
Tentu saja input manual tidak bisa benar-benar dihilangkan, karena secanggih apapun sebuah mesin atau komputer, intervensi pengguna masih diperlukan paling tidak untuk memberi perintah awal dan mangatur acuan langkah otomatisasi.
Revolusi Industri IV melanjutkan tahap pengembangan dari semua penemuan dan terobosan baru yang telah digunakan sebelumnya termasuk komputer, internet, dan otomatisasi. Teknologi tersebut diperkuat dengan sistem operasi yang tidak hanya canggih dan cerdas tetapi juga bersifat otonom.
Teknologi otonom mampu berfungsi optimal berdasarkan data dari sensor dan menggunakan hasil analisa data sebagai alat picu penyesuaian secara mandiri. Untuk mencegah kerusakan sistem, pengguna bisa menetapkan batas-batas perubahan yang boleh dilakukan dalam proses penyesuaian.
Jika ponsel cerdas sudah merupakan hal biasa di kalangan konsumen, maka pabrik cerdas juga akan menjadi standar di Industri 4.0.
Saat ini pendorong utama Industri 4.0 adalah fasilitas-fasilitas produksi atau pabrik yang memang sudah menerapkan otonomi mesin dengan sistem IoT.
Mereka menyambut perkembangan teknologi informasi dan komunikasi digital lalu memanfaatkan semua bentuk kemajuan yang ada untuk melakukan penyempurnaan lini produksi dan alur logistik, menuju terwujudnya proses digitalisasi dan otomatisasi yang lebih baik.
Di pabrik cerdas seperti ini, mesin produksi memiliki berbagai fungsi otonom misalnya Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), pengumpulan data, analisa data, konfigurasi mandiri, sampai pengoptimalan mandiri dalam menyelesaikan rangkaian pekerjaan kompleks. Tujuannya adalah efisiensi produksi tanpa mengesampingkan kualitas barang yang dihasilkan.
Penggagas Awal Industri 4.0
Tidak seperti bentuk revolusi industri sebelumnya, Industri 4.0 justru digerakkan pertama kali oleh sektor pemerintah. Pada tahun 2013, pemerintah Jerman menerbitkan sebuah dokumen resmi yang menyebut istilah “Industrie 4.0”. Dari sekian banyak publikasi, dokumen ini dianggap sebagai salah satu penggagas awal Revolusi Industri ke-4.
Dokumen ini berisi strategi atau rencana penggunaan teknologi modern di dunia industri. Pada dasarnya rencana tersebut mencakup kerangka berpikir menuju komputerisasi total di semua fasilitas produksi. Konsep kerja ini disampaikan secara umum pertama kali pada bulan Januari tahun 2015 oleh Kanselir Jerman Angela Merkel di World Economic Forum di Davos.
Sampai saat ini, pemerintah Jerman sudah berinvestasi setidaknya 200 juta Euro atau lebih dari 3,3 triliun rupiah guna mendorong penelitian tentang Industri 4.0 di berbagai sektor termasuk pendidikan, bisnis, dan pemerintahan.
Jerman juga bukan satu-satunya negara dimana pengembangan Industri 4.0 gencar dilakukan. Di Amerika Serikat, ada sebuah organisasi bernama Smart Manufacturing Leadership Coalition (SMLC) yang beroperasi secara nirlaba alias non-profit.
koalisi ini memiliki banyak anggota dari berbagai bidang termasuk pabrikan, supplier, badan teknologi independen, agensi milik pemerintah, laboratorium, dan universitas.
Penerapan Industri 4.0
Di beberapa negara dan diawali oleh perusahaan-perusahaan besar, penerapan konkret Industri 4.0 sudah banyak terlihat. Sebagai contoh:
- Kendaraan dan peralatan industrial otonom: pelabuhan dengan kemampuan menggerakkan katrol dan mengatur lalu-lintas kendaraan sebagai bentuk peningkatan efisiensi dalam sistem transportasi dan penyaluran kontainer barang. Mobil otonom dengan sistem kemudi dan navigasi cerdas juga mulai bermunculan.
- Robot: jika sebelumnya robot (atau peralatan robotik) hanya ada di perusahaan besar dengan kekutatan finansial luar biasa, teknologi serupa sekarang mulai banyak digunakan di berbagai bentuk bisnis menengah karena harganya juga semakin terjangkau. Di gudang barang misalnya, sudah ada robot yang bisa memilih barang dan mengantarnya ke pintu distribusi.
- 3D Printer: teknologi 3D printer merupakan bentuk penerapan Industri 4.0 yang telah banyak digunakan konsumen. File bentuk digital di komputer bisa secara langsung diproduksi menggunakan mesin pencetak jenis ini. Bahan mentah yang digunakan juga bervariasi misalnya plastik dan logam.
Komponen kunci Industri 4.0 adalah Internet, terutama teknologi IoT yang berperan sebagai saluran komunikasi antar mesin, komputer, dan semua alat yang terhubung dalam jaringan. Bentuk komunikasi adalah berbagi data baik untuk fungsi analisis, penyesuaian, atau pengoptimalan sistem.