The Last of Us di PC: Performa buruk & stuttering, baca sebelum beli

The Last of Us di PC dirilis dengan sangat buruk. Bug dimana-mana, optimasi nya jelek, pokoknya kurang matang. Saat ini, TLoU Part I mendapat status review Mostly Negative di Steam, yang biasanya diberikan untuk game yang kacau balau seperti Battlefield 2042.

Kamu yang PC gamer jangan berekspektasi tinggi dulu, apalagi kalau baru nonton seri HBO-nya yang luarbiasa bagus. Ada masalah khusus terkait Nvidia’s Deep Learning Super Sampling (DLSS) dan AMD’s FidelityFX Super Resolution (FSR), serta kebutuhan spek yang jauh melampaui spesifikasi yang direkomendasikan.


Penyebab Stuttering

clicker

The Last of Us di PC penuh dengan stuttering, crash, dan waktu loading yang lama. Kami mengalami stuttering dan waktu loading yang lama, tapi tidak pernah crash. Ketika baru diinstal dan pertama dibuka, The Last of Us membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengkompilasi shader. Bagi kami, waktu yang dibutuhkan sekitar 3jam!

Sumber stuttering dan crash kemungkinan terkait dengan penggunaan CPU dan memori GPU yang tinggi. Spek minimum yang tertulis hanyalah kartu grafik dengan VRAM 4GB, tapi fakta di lapangannya bahkan pada resolusi 720p dengan setingan terendah, game ini mengonsumsi hampir 7GB memori video. Pada resolusi asli dengan pengaturan maksimum, game ini mengonsumsi hampir 14GB.

Meskipun Kamu memiliki GPU dengan 8GB memori (misal kartu grafis sekuat RTX 3070 Ti) kemungkinan besar kamu akan kehabisan memori video, bahkan dengan pengaturan yang cenderung kiri. Hal ini tentunya menjadi penyebab stutter, tetapi ada masalah yang lebih parah: prosesor.

DLSS dan FSR adalah alat dimaksudkan untuk meningkatkan frame rate dengan merender game pada resolusi yang lebih rendah. Misal layar kamu 1920×1080, lalu dengan DLSS atau FSR, si game tidak perlu merender di 1920×0180 melainkan cukup di 1080×720, kemudian barulah di upscale ke 1920×0180. Yang kerja disini siapa? Prosesor.

Masalahnya adalah The Last of Us sangat berat di CPU. Bahkan pada resolusi penuh di Alienware 34 QD-OLED, game ini akan berada di 30% hingga 50% penggunaan CPU: lebih tinggi daripada banyak game strategi real-time, yang terkenal berat untuk processor. Ketika kami mengaktifkan FSR atau DLSS, penggunaan CPU naik ke 70%.

Angka diatas sangat tinggi untuk game yang linier seperti ini. Ada game yang rentan terhadap bottleneck CPU seperti Marvel’s Spider-Man, tetapi bisa diterima karena melibatkan open-world dengan banyak simulasi. The Last of Us adalah game linier, dan meskipun ada beberapa setingan grafik yang terkait CPU, digeser ke kiri juga hampir tidak ngefek.


Perbandingan preset grafis Low dan Ultra

ellie

Yang menjadi masalah adalah kami menguji TLoU dengan Intel Core i9-13900K, yang tak terbantahkan merupakan salah satu processor gaming tercepat saat ini. Prosesor kamu pastinya lebih kesulitan, kemungkinan mencapai penggunaan 100% dan menyebabkan stuttering atau crash.

Kembali ke FSR dan DLSS. Kedua fitur ini berfungsi untuk merender game pada resolusi yang lebih rendah. Seperti sudah kami bahas diatas, GPU akan merender game di resolusi yang lebih rendar dari seharusnya (menurunkan beban kerja GPU), tapi masalahnya yang bertugas menurunkan dan upscaling resolusi itu CPU.  Jadi sekarang, alih-alih processor menunggu kartu grafis, kartu grafis menunggu processor. Alhasil ya bottleneck di CPU.

Jadi intinya, kalau di resolusi asli, CPU kamu sudah hampir 100%, pakai FSR atau DLSS pun tidak akan membantu karena artinya dari awal pun CPU kamu sudah kewalahan.

Dimas Bimawan

Teknisi laptop dan komputer sejak 2008. Perkenalannya dengan komputer dimulai dari ketertarikannya mempelajari cara kerja setiap komponen di dalam desktop PC, dan sejak saat itu overclocking hingga reparasi komputer & laptop menjadi kegiatan sehari-harinya. Beberapa jenis laptop yang pernah menjadi gear hariannya antara lain Toshiba Satellite, Razer Blade, Macbook Air, Macbook Pro, Acer Aspire, Dell Inspiron, HP Spectre, hingga IBM Thinkpad. Di luar dunia pertukangan komputer, Dimas adalah sarjana fisika dari Institut Teknologi Bandung yang pernah bekerja dengan Alterra Indonesia, Mobile Premier League, Lifepal, Perusahaan Gas Negara, dan KliknClean.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar