Apa itu VPN?

Apa itu VPN? Di era dimana Internet sudah jadi lahan penggiring opini masal dengan sensor dan blokir sana-sini, VPN bisa jadi satu-satunya penyelamat kamu untuk mengakses internet yang bebas.

Untuk konten yang bersifat vulgar dan membahayakan, wajar kalau ada pemblokiran dari pihak berwenang. Tapi, semua informasi yang dianggap merugikan bisa saja dengan mudahnya diblokir. Lalu kita bisa apa?

Disinilah VPN bisa berguna sebagai penyelamat. Singkatnya, dengan VPN kamu tidak akan kena blokir karena tidak ada yang tahu kamu siapa, dan tidak ada yang tahu website tujuanmu.

Kecuali… ya kecuali si penyedia VPN itu sendiri. Oleh karenanya memilih VPN sama saja berserah diri ke salah satu perusahaan VPN. Pastikan kamu memilih perusahaan internasional yang reputasinya terpercaya.

Mungkin kamu parno, bagaimana kalau pemerintah memaksa perusahaan VPN membongkar data sejarah internetan-mu?

Disinilah kamu harus jeli memilih VPN yang menerapkan No-Log Policy, yang berarti semua data pelanggannya tidak pernah dicatat sehingga kalau ada kasus penggrebekan oleh pemerintah (yang minta bongkar data), ya tidak bisa wong datanya gak ada.

Beberapa penyedia VPN yang populer sekarang misalnya Open VPN, NordVPN, CyberGhost, dan TunnelBear. Jangan buru-buru langganan, baca dulu sampai habis!


Pengertian VPN

VPN vs Tanpa VPN

VPN adalah koneksi Internet yang terenkripsi. VPN memastikan bahwa semua bentuk data yang dikirim dan diterima oleh perangkat (ponsel, laptop, komputer, dsb) di Internet harus melewati proses enkripsi untuk memastikan kerahasiaan data tersebut.

Singkatnya, VPN memotong jalur komunikasi kamu di Internet, dan memberikan lapisan keamanan tambahan ditengahnya.

Tindakan enkripsi ini bisa mencegah pencurian data melalui Internet, sekaligus menyembunyikan lokasi and alamat IP kamu. VPN digunakan secara luas di lingkungan perkantoran sebagai langkah untuk menghindari pencurian berkas-berkas penting.

Ketika kamu mengakses sebuah halaman di internet, kamu sebenarnya mendownload sebuah file dari database di server ke perangkatmu. File ini ditransfer melalui koneksi Internet, dan tanpa proses enkripsi, si hacker bisa dengan mudah mencuri dan membaca semua isi file yang sedang ditengah perjalanan.

Kamu bisa mengkases Internet seperti biasa tanpa kesulitan, tapi kalau suatu website atau app butuh lokasi kamu, dia bisa jadi mendapat lokasi yang salah karena kamu “berlindung” di balik lokasi si VPN.

VPN-sebagai-penengah-koneksi

VPN bisa mengubah identitas alamat kamu dari satu negara ke negara lain. Karena alasan inilah VPN juga banyak dipakai untuk keperluan pribadi misalnya nonton film Netflix yang hanya tayang di luar negeri, atau membuka situs yang diblokir di Indonesia.

Selain lokasi, alamat IP kamu juga tersamarkan jadi hampir tidak ada yang bisa tahu alamat IP kamumu ketika sedang browsing.

Kalau suatu negara menerapkan kebijakan filter konten dari berbagai situs, akses Internet dari negara tersebut ke situs yang dilarang akan diblokir. Misalnya kamu tinggal di bogor dan ingin membuka situs yang dianggap ilegal atau radikal oleh Pemerintah Indonesia, salah satu cara untuk melewati filter konten adalah dengan menggunakan VPN.

Meskipun kamu tinggal di bogor, penggunaan VPN bisa menyamarkan alamat IP pengguna sehingga kamu tampak seperti tinggal di Singapura atau Belanda misalnya.

Jaringan Internet publik (misalnya wifi gratisan) bisa dipakai oleh siapa saja termasuk hacker. Sistem koneksi seperti ini memiliki resiko pencurian data sangat tinggi, dan tidak direkomendasikan bagi kamu yang harus mengakses dokumen rahasia perusahaan, file pribadi, dan melakukan transaksi finansial bentuk apapun.

Kalau kamu tidak punya pilihan lain selain internetan di jaringan publik seperti ini, pastikan koneksi VPN di perangkat kamu sudah aktif. Kalau tidak? Terima resiko password atau data-data pribadi kamu dimaling di tengah jalan, baik itu oleh hacker atau bahkan penyedia jasa internetnya sendiri.


Sejarah Singkat VPN

Awalnya, VPN cuma dipakai untuk karyawan kantoran yang harus mengakses situs kantor dari rumah. Karena banyak resiko pencurian data, maka setiap kantor membuat VPN nya sendiri yang hanya bisa diakses oleh karyawannya. Anggap VPN sebagai terowongan khusus menuju suatu lokasi, yang dijaga ketat dan hanya bisa dimasuki oleh karyawan.

Pada tahun 1996, seorang insinyur yang bekerja di Microsoft bernama Singh-Pall berhasil menciptakan bentuk dasar enkripsi yang kemudian disebut PPTP atau Point-to-Point Tunneling Protocol. Tidak seperti VPN saat ini, PPTP menggunakan bentuk keamanan yang terbilang lemah.

Statistik pemakai VPN

Meskipun sekarang kamu tidak ingin bergantung pada PPTP untuk mendapatkan proses enkripsi koneksi Internet, teknologi ini merupakan yang terbaik pada jamannya, atau setidaknya jauh lebih cepat dan lebih aman daripada sekedar terhubung menggunakan modem.

Dari PPTP, fitur keamanan koneksi Internet berkembang pesat di tahun-tahun berikutnya. Banyak protokol koneksi diperkenalkan misalnya IP Security (IPSec), Layer 2 Tunneling Protocol (L2TP), Secure Sockets Layer (SSL), Transport Layer Security (TLS), Secure Shell (SSH), dan sebagainya.

Bisa dikatakan PPTP merupakan teknologi dasar yang menjadi basis perkembangan VPN hingga sekarang.

Sampai sekitar 10 tahun sejak VPN mulai diperkenalkan, sebagian besar pengguna adalah dari lingkungan bisnis dan korporasi. Kemudian di awal tahun 2000an, masyarakat mulai menyadari pentingnya fitur keamanan Internet dan fungsi VPN untuk memastikan privasi pengguna dalam koneksi peer-to-peer (P2P) file sharing misalnya di situs unduh torrent.


Cara Kerja VPN

Untuk mengetahui bagaimana VPN bisa memberi proteksi data dan privasi, kamu harus mengerti dulu tentang proses transmisi data melalui Internet.

Fungsi utama Internet adalah untuk mengirim data secara efisien. Dalam hal ini “data” berarti segala bentuk informasi yang ditampilkan browser misalnya teks, foto, gambar, dan video.

Berikut adalah tahap yang terjadi ketika kamu mengakses sebuah website:

  1. Perangkat yang terhubung ke Internet mengirimkan permintaan data ke server tujuan melalui penyedia layanan atau ISP (Internet Service Provider). Permintaan ini berisi berbagai macam data pribadi seperti alamat IP dan lokasi.
  2. ISP akan meneruskan permintaan kamu ke server tujuan, yang kemudian mengirim balik (menjawab) hasil permintaan ke ISP.
  3. Hasil pemintaan dikirimkan ke perangkat kamu oleh ISP.

Dengan semua tahap yang terjadi diatas, tentunya ISP (provider-provider terkenal) bisa melacak semua domain website yang kamu akses lewat Internet, karena semua komunikasi kamu dengan server/website tujuan telah melalui ISP.

Contoh lain, berikut adalah tahapan yang terjadi ketika kamu googling “Facebook“, lalu klik hasil pencarian paling atas:

  1. Kamu memasukkan kata ‘Facebook” ke mesin pencari misalnya Google.
  2. Penyedia layanan Internet (ISP) yang kamu pakai mengirim permintaan ini ke Google.
  3. Google memprosesnya, kemudian memberi hasilnya ke ISP.
  4. ISP meneruskannya hasilnya ke komputer kamu.
  5. Hasilnya, monitor kamu dipenuhi hasil pencarian yang berkaitan dengan istilah “Facebook”.
  6. Hasil di urutan teratas adalah homepage Facebook. Saat kamu klik, proses seperti langkah 1-4 terulang lagi, bedanya adalah ISP terhubung dengan Facebook, bukan Google.

Dengan menggunakan VPN, koneksi Internet kamu harus melalui satu proses lagi setelah ISP, yaitu melalui server VPN.

Data yang terkirim dari perangkat ke Internet (saat melakukan pencarian) dan data yang diterima telah dienkripsi. Artinya semua data tidak bisa terbaca oleh siapapun sebelum sampai tujuan masing-masing.

Baik data pribadi yang diupload maupun informasi yang didownload akan terkunci saat dikirim melalui Internet. Kunci hanya akan terbuka ketika data sudah sampai tujuan, yaitu perangkat kamu.

Catatan: menggunakan VPN bukan berarti data kamu tidak bisa diretas. Hacker masih bisa mencuri informasi yang dikirim melalui Internet, tetapi masih dalam bentuk yang dienkripsi. Meskipun berhasil dicuri, data ini tidak akan bisa dibaca/digunakan. Hanya kamu yang akan menerima data yang sudah didekripsi (dibuka kuncinya).

Dimas Bimawan

Teknisi laptop dan komputer sejak 2008. Perkenalannya dengan komputer dimulai dari ketertarikannya mempelajari cara kerja setiap komponen di dalam desktop PC, dan sejak saat itu overclocking hingga reparasi komputer & laptop menjadi kegiatan sehari-harinya. Beberapa jenis laptop yang pernah menjadi gear hariannya antara lain Toshiba Satellite, Razer Blade, Macbook Air, Macbook Pro, Acer Aspire, Dell Inspiron, HP Spectre, hingga IBM Thinkpad. Di luar dunia pertukangan komputer, Dimas adalah sarjana fisika dari Institut Teknologi Bandung yang pernah bekerja dengan Alterra Indonesia, Mobile Premier League, Lifepal, Perusahaan Gas Negara, dan KliknClean.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terpopuler
Terbaru Terlama
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar