Perbedaan User Interface (UI) dan User Experience (UX)

UI dan UX sering digunakan berbarengan. Keduanya pun sangat berkaitan erat, namun tidak sama.

Pada dasarnya, user interface (UI) adalah halaman dengan objek-objek didalamnya seperti tombol dan logo, yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan website atau aplikasi tersebut.

Di sisi lain, user experience (UX) adalah, “pengalaman” atau “rasa” yang muncul ketika pengguna berinteraksi dengan semua aspek didalam web/app tadi.

Tidak jarang orang awam menggunakan istilah UI dan UX secara sembarangan. Ini tentu saja karena mereka berdua saling berikatan, namun yang perlu kamu pahami adalah, UI yang bagus (tombol yang indah) belum tentu menghasilkan UX bagus (misalnya tombol sulit ditemukan).

Di artikel ini RuangLaptop akan menggali secara dalam tentang UI dan UX, serta perbedaan antar keduanya.


Apa itu UI?

User Interface adalah semua yang bisa menghasilkan interaksi dengan pengguna. Semua disini mencakup layar, touchscreen, keboard, suara, tombol, bahkan cahaya.

Untuk memahami lebih dalam perkembangan UI, sebaiknya pahami dulu sejarahnya serta bagaimana proses UI berkembang menjadi profesi seperti sekarang.

Sejarah Singkat UI

Sekitar 1970, kalau kamu mau menggunakan komputer, kamu harus pakai menulis perintah-perintah dalam bentuk kode seperti yang digunakan hacker di film action.

Tidak nyaman kan? Tentu saja. Pengguna pun kesulitan dan ingin cara pengoperasian yang lebih mudah. Sekitar tahun 80-an, hadirlah Graphical User Interface (GUI) pertama, dan memungkinkan kamu untuk mengoperasikan komputer melalui tombol, ikon dan menu yang tentu saja lebih manusiawi ketimbang layar penuh kode.

ruanglaptop UI

Pergeseran besar ini berdampak pada penggunaan komputer yang menjamur, karena semua orang bisa mengoperasikannya tanpa skill koding.

Tahun 1984, Apple Computer merilis Macintosh yang menyediakan mouse. Kemudahan ini membuat pengembang komputer lain lebih memikirkan penggunanya, karena komputer yang sulit digunakan tidak akan laku. Disinilah profesi UI Designer lahir.

Seperti perkembangan teknologi lainnya, tigas UI Designer juga berevolusi mengikuti ekspektasi pasar. Sekarang, UI Designer bukan hanya bekerja untuk komputer, namun juga aplikasi mobile, tablet, virtual reality, bahkan sampai ke “Zero UI” seperti suara, gestur, dan cahaya.

UI Designer di 2020 punya peluang tak terbatas untuk berkembang, mulai dari website, aplikasi mobile, jam digital, smart home, dan lain sebagainya. Selama komputer masih jadi bagian dari kehidupan sehari-hari, User Interface pun tak akan pernah mati.


Apa itu UX?

User Experience atau UX adalah pengembangan lanjutan dari UI. Ketika sudah ada objek untuk berinteraksi (misal tombol), bagaimana pengalaman penggunanya? Apakah senang? Lancar? Lemot? Bingung? Semua pertanyaan ini ada di kepala UX Designer setiap harinya.

Don Norman adalah orang pertama yang mencetuskan istilah user experience di tahun 90-an silam, ketika ia bekerja di Apple. Ini kalimatnya:

‘User experience’ encompasses all aspects of the end-user’s interaction with the company, its services, and its products.

Kalimat diatas adalah penjelasan general yang mencakup semua interaksi manusia dengan sebuah produk (bukan hanya produk digital). Beberapa praktisi UX lebih senang dengan istilah Customer Experience, atau Experience Design. Namun apapun sebutannya, maknanya tetaplah sama, yaitu interaksi antara manusia dengan sebuah produk.

ux designer vs graphic designer

Untuk membedakan UX yang bagus dan UX yang buruk, ada 4 poin penting yang harus selalu dipertanyakan:

  • Bagaimana pengguna menemukan produk kamu
  • Urutan interaksi pengguna dengan setiap elemen di produk kamu
  • Apa pikiran yang muncul ketika pengguna mencoba melakukan sesuatu
  • Apa kesan dari pengguna setelah berinteraksi dengan produk kamu secara keseluruhan

UX Designer bertanggungjawab untuk memastikan produknya sesuai dengan kebutuhan pengguna, serta memastikan pengguna tidak kesulitan dalam mencari yang ia mau.

UX Designer bekerja dekat dengan UI Designer, UX Researcher, dan marketer untuk memahami penggunanya lebih dalam melalui riset dan eksperimen.

Kalau agak bingung, ini contohnya: Seorang pengguna tidak menyelesaikan transaksi di app kamu. Kenapa? Praktisi UX akan cek semua halaman yang dilalui pengguna tersebut dan cek interaksi apa saja yang dilakukan. Kalau ternyata si pengguna sudah masuk halaman checkout, lalu tidak memilih metode pembayaran, ada beberapa kemungkinan yang muncul, tiga diantaranya:

  • Tombol pilihan metode pembayaran tidak terlihat
  • Tidak ada metode pembayaran yang ia inginkan
  • Loading terlalu lambat

Untuk menentukan apa masalah sebenarnya, praktisi UX perlu menggali lebih dalam lagi ke data jenis ponsel pengguna (apakah layarnya terlalu kecil), metoda pembayaran yang tersedia, hingga kecepatan koneksi internet pengguna. Data akan terus digali sampai tim UX menemukan masalah sebenarnya dari pengguna tidak menyelesaikan check-out tadi.


Apa Perbedaan UI dan UX?

UX dan UI design

Pada dasarnya, UI adalah elemen dan objek yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan produk. UX, disisi lain, adalah kesan serta pengalaman keseluruhan dari serangkaian interaksi tadi.

Ambil contoh Google. Perusahaan ini menampilkan interface yang sangat simpel. Kenapa? Karena Google tahu persis apa yang penggunanya butuhkan, dalam kasus ini penggunanya menginginkan informasi, dan itulah yang disajikan Google secara cepat dan ringkas, tanpa tambahan objek-objek tidak berguna.

Untuk mengetahui apa yang sebenarnya pengguna inginkan, dibutuhkan serangkaian eksperimen (dalam jumlah banyak dan mendalam). Inilah yang dilakukan Google sampai akhirnya ia hanya menampilkan objek yang memang diinginkan oleh penggunanya.

Sekarang banyangkan kalau setiap kali mengakses Google, kamu perlu menunggu 15 detik untuk mendapat hasil, lalu banyak gangguan lagu dan warna-warna yang membingungkan. Mungkin muncul rencana murtad ke Bing atau Yandex, kan?

Dimas Bimawan

Teknisi laptop dan komputer sejak 2008. Perkenalannya dengan komputer dimulai dari ketertarikannya mempelajari cara kerja setiap komponen di dalam desktop PC, dan sejak saat itu overclocking hingga reparasi komputer & laptop menjadi kegiatan sehari-harinya. Beberapa jenis laptop yang pernah menjadi gear hariannya antara lain Toshiba Satellite, Razer Blade, Macbook Air, Macbook Pro, Acer Aspire, Dell Inspiron, HP Spectre, hingga IBM Thinkpad. Di luar dunia pertukangan komputer, Dimas adalah sarjana fisika dari Institut Teknologi Bandung yang pernah bekerja dengan Alterra Indonesia, Mobile Premier League, Lifepal, Perusahaan Gas Negara, dan KliknClean.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar