Cara Cek Tulisan Hasil AI , Pakai Tools ini!
Bisakah kamu menunjuk bagian mana dalam sebuah tulisan yang dibikin pakai ChatGPT? Kalau iya, selamat. Berarti kamu sudah punya kemampuan membedakan mana tulisan manusia ‘beneran’ atau AI generated text. Sekarang kemampuan ChatGPT memang gak kaleng-kaleng. Selain bantuin bikin email, AI yang satu ini juga bisa nulis esai bahkan sampai coding segala.
Nah, meskipun sudah dilatih untuk mengimitasi cara manusia bicara, sampai saat ini ChatGPT masih belum bisa mereplikasi gaya bahasa alami manusia. Sudah lebih canggih memang, tapi tetap bisa dibedakan mana AI generated content dan mana human generated content. Berikut cara ‘mengenali’ AI generated text:
- Inkonsistensi dan repetisi: Tulisan buatan AI biasanya punya gaya dan tone bahasa yang berbeda dari tulisan manusia. Walaupun kita beri instruksi untuk membuat tulisan dengan gaya bahasa santai, flow atau alurnya akan tetap terasa kaku dan kurang variatif. Susunan antar kalimatnya juga kurang koheren dan cenderung menggunakan kata yang repetitif.
- Konteks tidak spesifik: Jika dalam tulisan tidak ditemukan detail atau konteks yang sesuai dengan poin utama yang ingin disampaikan, maka tulisan tersebut bisa saja buatan AI. Tulisan AI memang tidak memiliki keunikan atau personifikasi layaknya buatan manusia. Saat membacanya, kamu akan sadar bahwa isi tulisan tersebut terasa ‘basic‘ dan tidak dibahas spesifik.
- Padanan kata dan buzzword aneh: Banyaknya jargon dan buzzword di dalam tulisan menunjukkan tulisan tersebut AI generated karena AI masih terbatas dalam ‘vocabulary‘ atau padanan kata yang disusun menjadi kalimat terpadu.
- Kurangnya sitasi: ChatGPT memang bisa menyertakan sitasi, tapi seringkali tidak bisa diandalkan karena linknya salah atau formatnya tidak tepat.
Sebagai seorang penulis, saya sendiri sering memanfaatkan ChatGPT. Apalagi kalau saya lagi kena writer’s block alias kehabisan ide. Tulisan hasil ChatGPT sering kali terbaca sangat meyakinkan, seakan-akan itu betulan buatan manusia. Semakin jelas prompt yang saya instruksikan, maka semakin bagus juga hasilnya. Menggunakan ChatGPT buat nambah perspektif atau ide baru seperti yang saya lakukan mungkin tidak masalah. Tapi, bagaimana jika konteksnya tentang ‘akademis’?
Di dalam dunia akademis, ada etika tertentu yang sebaiknya tidak dilanggar. Misalnya, hanya boleh membuat artikel ilmiah berdasarkan hasil analisis dan penelitian sendiri atau terinspirasi karya ilmiah yang sudah lebih dulu dipublikasi. Punya ide yang sama tidak apa-apa, asal tidak plagiat.
Penggunaan AI dalam bidang pendidikan tentunya agak ‘tricky‘. Di satu sisi, ChatGPT membantu untuk menjelaskan suatu teori yang mungkin susah dimengerti di dalam kelas. Sebaliknya, ChatGPT juga bisa bias dan error. Gimana kalau kita ternyata mendapat pengetahuan yang salah? Di situlah critical thinking kita diuji. Apakah kita mau menerima informasi dari AI mentah-mentah atau mencari tahu lebih lanjut? Jawabannya kembali ke diri kita sendiri. Keberadaan AI memang tidak mungkin dibatasi, malah kita yang harus beradaptasi dengan teknologi baru ini. AI juga gak perlu dianggap sebagai ancaman, justru AI bisa menciptakan banyak kesempatan. Tergantung kita mau memanfaatkannya seperti apa.
Kalau kamu edukator atau akademisi yang sedang bertugas untuk mengecek artikel atau jurnal ilmiah, kamu bisa mencoba AI detector. Sama seperti AI untuk membuat konten, AI detector juga punya error dan bisa salah. Tulisan AI bisa diklasifikasikan sebagai buatan manusia, dan sebaliknya. Meski begitu, tetap tidak ada salahnya untuk dicoba. Berikut AI detector rekomendasi saya:
1. GPTZero
GPTZero adalah alat pendeteksi teks buatan AI yang dirancang oleh Edward Tsai, seorang mahasiswa Princeton. Dirilis tahun 2023, kehadiran AI detector yang satu ini memang bikin ketar-ketir para pelajar. Bagaimana tidak, dengan akurasi yang meningkat seiring dengan jumlah teks yang dimasukkan, GPTZero telah menjadi populer di kalangan pendidik yang ingin mengevaluasi keaslian tulisan muridnya. Lantas, bagaimana caranya GPTZero mengecek sebuah tulisan buatan AI atau manusia? Ada dua indikator yang digunakan, yaitu perplexity (kerumitan ide dan bahasa) serta burstiness (variasi panjang kalimat), untuk mengevaluasi teks.
Kelebihan:
- Mudah digunakan untuk mengecek teks dengan panjang lebih dari 250 karakter.
- Semakin banyak teks yang dimasukkan, semakin akurat hasil deteksinya.
- Bisa gratis dengan opsi penggunaan hingga 5.000 karakter per dokumen.
- Hasil analisis yang cukup cepat dan mudah diakses melalui platform web.
Kekurangan:
- Akurasinya masih terbatas pada teks pendek atau contoh yang rumit.
- Tidak sepenuhnya dapat diandalkan untuk digunakan sebagai satu-satunya alat dalam menentukan apakah sebuah teks dibuat oleh AI atau manusia.
- Untuk penggunaan skala besar, seperti mendeteksi teks yang sangat panjang, ada batasan karakter dan perlu berlangganan paket berbayar. Ada tiga paket harga yang ditawarkan: paket dasar ($10/bulan untuk 150.000 kata), premium ($16/bulan untuk 300.000 kata), dan profesional ($23/bulan untuk 500.000 kata).
Baca juga: Perbedaan Generative AI dengan AI “Biasa”
2. ZeroGPT
Namanya memang kurang kreatif karena hampir sama dengan yang sebelumnya, tapi jangan salah, ZeroGPT mudah digunakan dan gratis. Pastinya cocok buat siapa aja, mulai dari siswa, guru, hingga freelancer. ZeroGPT mengklaim akurasi hingga 98% dalam menentukan apakah teks ditulis oleh manusia atau dihasilkan oleh AI.
Uniknya, ZeroGPT bekerja dengan teknologi yang disebut DeepAnalyse, yang dilatih dari kumpulan data teks di internet dan dataset AI buatan mereka sendiri. Kamu bisa copy hingga 15.000 karakter teks untuk diperiksa, dan hasilnya akan menunjukkan apakah teks tersebut ditulis oleh manusia atau AI. Selain versi gratis, ada juga akun pro dan plus dengan lebih banyak fitur dan karakter.
Kelebihan:
- Mudah digunakan.
- Klaim akurasi tinggi.
- Versi gratis bisa digunakan untuk mengecek teks hingga 15.000 karakter.
- Hasil deteksi memberikan lebih banyak detail, tidak hanya sekadar menyatakan “AI” atau “buatan manusia”.
- Ada pilihan langganan pro dan plus untuk kamu yang butuh lebih banyak fitur.
Kekurangan:
- Akurasi bisa terganggu pada teks yang rumit atau tidak terlalu panjang.
- Meskipun diklaim akurat, tetap ada kemungkinan teks diklasifikasikan salah.
- Batasan karakter di versi gratis mungkin kurang jika kamu butuh memeriksa teks dalam jumlah banyak tanpa berlangganan.
Penasaran sama cara kerja AI? Cek selengkapnya di Bagaimana Cara Kerja AI Sebenarnya?
3. Copyleaks
4. Writer
‘Saya aslinya adalah 2 orang’ – meme tersebut mungkin cocok dipakai untuk menjelaskan tentang AI yang satu ini. Selain dirancang untuk membantu kamu mendeteksi apakah suatu teks ditulis oleh manusia atau dihasilkan oleh AI, Writer AI Content Detector juga bisa digunakan untuk membuat konten teks (sama seperti ChatGPT, dkk). Dengan interface yang sederhana dan mudah dipahami bahkan untuk pemula, kamu hanya perlu memasukkan teks dan alat ini akan mulai bekerja.